Vol. 2 / Shou (Alice Nine) x
Takeru (SuG)
Mereka adalah lawan yang
tepat…
Shou: Yah
gitu deh (tertawa). Tapi salah seorang pasti bakalan gugup. Gimanapun juga dia
adalah senior ku.
Takeru: Itu
benar. Aku benar-benar menghormati RUKI, dia adalah seseorang yang mau coba ku
ajak ngobrol. Apa dia menakutkan?
Shou:
Nggak kok. Dia sangat terang-terangan, dan dia benar-benar orang yang baik,
walaupun kayaknya aneh buat seorang junior kayak aku untuk ngomongin dia kayak
gini, tapi sebenarnya dia punya kepribadian yang lucu. Sebab dia adalah orang
yang tumbuh di dalam lingkungan keluarga yang otoriter.
Takeru: Ya.
Itu benar. Aku mengerti.
Shou: Itu
benar. Bahkan kalau kami ngelakuin hal-hal kayak even bareng, kami nggak punya
banyak waktu buat ngobrol.
Itulah sebabnya kenapa kami milih
Shou dan Takeru dalam kesempatan kali ini.
Takeru:
Terima kasih banyak. Aku senang banget.
Shou: Aku
juga. Kelihatannya dia orang yang menarik. Aku selalu ingin coba buat ngobrol
bareng dia. Aku pernah sekali wawancara bareng dia dan Shin (ViViD) untuk
sebuah majalah, tapi aku nggak tau banyak tentang Takeru. Aku pengen tau lebih
banyak lagi tentang dia.
Takeru:
Tapi Shou satu-satunya senior di perusahaan kami yang mau ngajak makan bareng
keluar!
Shou: Oh,
benar. Kupikir kan nggak ada salahnya, jadi ku ajak aja dan dia mau (tertawa). Tapi
masih ada banyak hal yang belum ku ketahui mengenai dia, jadi aku mau gunain
kesempatan ini buat ngobrol bareng dia.
Takeru:
Tentu! Itu suatu kehormatan buat ku!
Shou: Aku
suka sejarah, jadi kalau kita bandingkan Takeru dengan seorang tokoh sejarah,
kurasa dia mirip sama Oda Nobugawa. Kalau kita bicara tentang Kou U dan Ryuu
Hou, Kou U merupakan tipe orang yang memiliki kemampuan cerdas dan kepemimpinan
yang baik. Meskipun Ryuu Hou tidak memiliki kemampuan, dia merupakan tipe orang
yang dihormati oleh bawahannya. Kalau aku harus bilang yang mana tipe ku, aku
bakalan bilang kalau aku kayak tipe yang terakhir, tapi kupikir Takeru itu
kebalikan dari aku. Bener nggak? Aku adalah tipe orang yang suka ngamatin
pergerakan orang lain, tapi karena Takeru orang yang berkharisma, dia mungkin
tipe orang yang melakukan langkah pertama.
Takeru: Gak
tau juga. Aku gak bisa benar-benar ngomong apalagi kalau yang diomongin tentang
aku sendiri, tapi kupikir aku orang yang terlalu banyak make perasaan. Aku gak
bisa mengekspresikan diriku sendiri, jadi akhirnya akulah yang buat langkah
pertama. Pokoknya gitu deh.
Shou: Aku
ahli dalam mengekspresikan diriku. Waktu aku masih kecil, aku terlalu banyak
mengekspresikan wajah orang, tapi aku gak bisa ngejelasinnya dengan baik.
Itulah mengapa aku selalu mikir “Apa yang harus kulakukan buat mengekspresikan
ini?”. Aku juga baca banyak buku. Itulah kenapa aku ahli dalam mengekspresikan
suatu hal buat orang lain.
Takeru: Itu
benar. Aku gak bisa mengekspresikan sesuatu hal dengan baik. Atau lebih baik,
aku nggak usah mengekspresikan diriku. Tapi waktu kamu ngelihat ke hal-hal
kayak lirik, kamu bisa lihat bahwa cara kami dalam mempersepsikan suatu hal dan
cara kami mengekspresikan suatu hal sangatlah beda. Dengan liriknya Shou,
bukankah ada banyak perbandingan yang nggak konkret, kayak tempat? Tapi lirikku
berisi lebih banyak tentang hal-hal yang konkret. Shou bilang sebelumnya kalau
kami berlawanan, tapi dia bahkan mungkin merupakan orang yang paling beda dari
aku diantar semua band di perusahaan kami. Meskipun gaya band kami sama sekali
beda, bukankah liriknya RUKI sangatlah realistis? Dia sering nuls lirik dengan
cara yang terang-terangan mengenai suatu hal yang benar-benar terjadi. Aku
sering mikir kalau aku mau nulis lirik yang mirip kayak liriknya Shou, tapi aku
nggak bisa nulisnya, jadi aku nganggap kalau perasaan kami ini beda. Kupikir
lirik yang dia tulis itu benar-benar cocok buat Alice Nine. Lirik yang nggak
mengambarkan seluruh cerita. Jadi kalau aku bandingkan musiknya Alice Nine ke
dalam film, kupikir itu kayak film-film Perancis. Bahkan kalau kita gak bisa melihat
seluruh hal, kita masih bisa dapetin gambaran yang jelas dari fragmennya.
Shou: Oh
gitu. Mungkin emang kayak gitu. Kamu emang perhatian sama kami (tertawa)
Takeru:
Tentu! Aku selalu dengerin rilisan terbaru kalian! Aku selalu dengerin keduanya, baik itu
rilisan seniorku maupun juniorku. Aku juga nonton semua video musik mereka.
Shou: Kamu
demen bener, Takeru.
Takeru: Aku
cuma takut aja. Kalau aku nggak banyak ngumpulin informasi, aku gak bakalan
bisa ngejar ketinggalan. Ini nakutin. Aku ini seorang penakut, tau.
Shou:
Kamu penakut?
Takeru:
Iya, penakut banget.
Takeru:
Ya, sangat nggak terduga (tertawa). Tapi aku akan ngelakuin yang terbaik buat
nggak nunjukinnya, dan berani bertindak serta percaya diri (tertawa)
Shou: Aku
ngerti. Itu sangat mengagumkan.
Takeru: Aku
selalu menetapkan tujuan, kayak “Aku mau kayak gini pas pertunjukan one-man
kali ini” atau “Aku mau pake single ini buat tracklist itu”, dan ngelakuin yang
terbaik buat mencapainya, tapi aku nggak pernah bisa mencapainya. Itulah kenapa
kupikir aku bisa terus berada dalam sebuah band. Kupikir bagian yang dibilang
Shou demen bener tadi juga merupakan perasaan ketakutan. Apa yang buat aku
mikir kayak “Bener nggak aku ngelakuinnya kayak gini?” atau “Apa yang harus kulakukan
supaya bisa mencapai poin itu?” merupakan perasaan ketakutan, kayak “Aku harus
ngelakuin ini supaya bisa mencapai poin itu” atau “Aku nggak bisa mencapai poin
itu kecuali kalau aku bisa ngelewatin ini. Apa yang harus kulakukan…?” Kupikir
bahwa perasaan takut itu sewaktu-waktu muncul menjadi sebuah keinginan yang
besar.
Shou: Aku
ngerti. Caraku melakukan sesuatu mengenai kegiatan band ku dengan perasaan
bertanya-tanya “Gimana kehidupan yang sudah ku jalani bisa mempengaruhi seluruh
dunia?”, jadi aku nggak ngalamin apa yang Takeru alamin. Tapi aku benar-benar
menghargai sikap yang dilakukan Takeru. Itu suatu hal yang gak ku punya.
Takeru:
Tapi orang-orang bilang kalau aku terlalu banyak mikir… Itu juga bagian dari
kepribadianku…
Takeru:
Nggak apa nih kalau aku ngomong bukan dari pandangan seorang junior, melainkan
sebagai seorang pendengar musiknya? Maaf kalau aku menyinggung perasaanmu.
Shou:
Nggak, nggak. Gak apa kok (tertawa)
Takeru:
Walaupun Shou bilang kalau dia tipe orang yang “Nggak punya bakat, tapi
dihormati oleh bawahannya”, bagiku, aku punya kesan kalau dia menjaga bandnya
dengan hidupnya. Aku mikirnya kayak gitu bahkan lebih kayak gitu lagi sekarang,
daripada sebelumnya. Pertama kali aku denger lagu Alice Nine tuh “Kasou Musou
Shi” (sebuah mini album yang dirilis pada bulan Noveber 2005). Pada waktu itu, aku
udah ngerasain pas dengerinnya di toko cd dan akhirnya aku beli.
Shou: Oh,
makasih (tertawa)
Takeru:
Ahahaha. Nggak, seharusnya aku yang berterima kasih. Aku selalu ngutang sama
kamu (tertawa). Pastinya aku sangat tertarik sama musiknya, dan juga sama
konsepnya, pencampuran antara konsep gaya Jepang dan Barat yang mereka usung.
Sejak saat itu, mereka sudah menciptakan jati diri mereka sendiri, dan kupikir
itu sangat menarik. Dengan nonton mereka bisa ngasih kita banyak motivasi.
Kupikir band itu merupakan mahluk hidup, dan kurasa bandnya Shou benar-benar
kayak gitu. Aku ngelihat kalau Shou kayak seseorang yang melihat sebuah band
secar objektif, dan merencanakan program mereka. Maaf kalau kedengaran gegabah
banget.
Shou:
Nggak kok, aku seneng banget. Aku seneng bisa denger pendapat yang jujur
ketimbang pujian yang nggak datang dari hati. Dan terakhir kemarin, aku memuji
the GazettE tanpa henti (tertawa). Tapi aku cuma bisa ngomongin itu, karena aku
emang bener mikirnya kayak gitu. Memuji seseorang di hadapan orang tersebut
memang memalukan, tapi cuma bisa ngomong kayak gitu justru karena kupikir the
GazettE emang bener-bener band yang keren. Aku bukan tipe orang yang bisa
ngomong bohong. Aku suka apa yang dibilang Takeru karena dia gak bisa bohong.
Kupikir itu menakjubkan pas dia ngomong secara langsung.
Takeru:
Terima kasih banyak. Aku sering dikritik karena ngomong blak-blakan (tertawa).
Aku juga ngomongin sesuatu hal yang bikin orang yang denger jadi khawatir… Aku
cuma gak bisa mengekspresikan diriku dengan baik.
Shou: Itu
karena kamu sangat blak-blakan makanya jadi target kritikan. Kupikir itu adalah
bukti betapa banyaknya orang yang merhatiin kamu, Takeru. Itu merupakan hal
yang bagus. Aku selalu ngomong tentang suatu hal dengan cara berputar-putar,
makanya aku gak terlalu banyak dapat kritikan (tertawa)
Takeru:
Ahahaha. Itu benar (tertawa). Terima kasih banyak. Aku senang kamu ngungkapinnya
dengan sangat baik. Kamu bilang kalau kamu selalu baca buku, ngomong-ngomong
buku jenis apa yang kamu baca?
Shou: Aku
banyak baca karyanya Agatha Christie. Ini kayak melarikan diri dari kenyataan.
Aku suka dunia imajinasi. Aku juga sering baca karyanya Edogawa Ranpo sama
karyanya Miyazawa Kenji. Aku suka hal-hal yang abstrak. Aku suka misteri dan
fantasi.
Takeru: Aku
ngerti banget kenapa kamu suka Agatha Christie sama Edogawa Ranpo. Aku juga
bener-bener suka karya Edogawa Ranpo.
Shou:
Benar. Huh? Itu mengingatkan ku, kamu bener-bener gak bisa mencoba bikin aku
tenang hari ini (tertawa).
Shou:
Jangan, jangan, jangan, tolong jangan (tertawa). RUKI sama aku terlibat obrolan
tentang “generasi care-free”
(tertawa)
Takeru:
Semua orang bingung sama “generasi care-free”.
Kupikir itu kayak pas orang tua kita ngomong “Kami akan ngasih kamu
fleksibilitas, jadi gunakanlah fleksibilitas ini”. Kupikir orang-orang yang
bisa make fleksibilitas ini secara tepat adalah orang-orang yang berkepala
dingin.
Shou:
Tentu saja. Itu benar.
Takeru:
Tapi kupikir sudah banyak perubahan yang terjadi selama generasi kita. Ini sama
dengan “generasi care-free”, tapi
dengan popularitas ponsel yang cepat. Kita bisa ngerasain nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat berubah pada tingkat yang luar biasa. Itu sangat menakutkan.
Shou:
Itu
benar. Ini nggak kayak kita gak tau perubahannya, tapi cara kita memandang
sebuah perubahan itu tergantung dari apa yang kita alami pada saat itu.
Takeru: Itu
benar. Perubahan itu terjadi waktu aku masih seorang pelajar, atau lebih bagusnya,
waktu aku masih anak-anak. Janjian buat ketemuan dengan seseorang tiba-tiba
berubah dari ngasih tau mereka secara langsung dengan ngasih tau mereka via e-mail.
Sekarang, bahkan kalau kita terlambat, orang-orang bakalan maafin kita.
Takeru: Ya.
Ketika ada hal-hal kayak ponsel, kita harus ketemu pada waktu yang udah
disepakatin atau yang lain. Tapi sekarang ponsel udah populer banget dan
sekarang kita bisa ngirim e-mail, kalau kita ngirim e-mail trus bilang “Maaf,
aku mungkin datang agak telat”, mereka nggak akan keberatan.
Shou: Yah
kalau kamu bilang sekarang kayak gitu, itu benar (tertawa). Aku punya ponsel
pertamaku waktu aku masih SMA, tapi sebelum itu, kita nggak tau harus ngapain
kalau orang yang mau kita temuin nggak datang tepat waktu (tertawa).
Takeru: Aku
tau, kan? Itu adalah waktu dimana kita bisa melihat banyaknya perubahan yang
terjadi selama setengah tahun, jadi itu sangat menakutkan.
Shou:
Kamu
juga bisa merasakan kalau gaya hidup sekarang sudah berubah.
Takeru: Ya.
Seseorang yang lahir tiga tahun setelah kita sudah memasuki era digital! Laju
perubahan di dunia ini benar-benar sesuatu yang beda!
Shou: Aku
bakalan kaget kalau bicara sama orang yang lebih muda trus mereka bilang mereka
nggak tau “Dragonball” itu apa (tertawa)
Takeru:
Ahahaha.
Shou: Aku
bakalan kayak “Kamu kenalan dulu sana sama “Saint Seiya” dan “Dragonball”…” (tertawa). Apakah
seseorang tau “Dragonball” atau nggak, mungkin bisa jadi indikasi yang baik
apakah aku mau berteman sama mereka atau nggak (tertawa)
Jadi sekarang sudah hampir 30
menit. Kenapa kalian nggak bikin janji satu sama lain?
Shou
& Takeru: Eh?! Janji?!
Takeru:
Nempatin orang di tempat yang sama lagi (tertawa)
Shou:
Kami belum siap kalau urusan itu (tertawa). Ah, benar! Gimana kalau lain kali
pas kamu belanja baju atau sesuatu, biarin aku yang ngebawain belanjaan kamu
(tertawa)
Takeru:
Apa?! Aku nggak mungkin ngebiarin kamu ngelakuin hal itu! Aku gak bisa bikin janji kayak gitu!
Shou:
Soalnya aku nggak bisa pergi belanja kecuali kalau sendirian. Jadi itu bakalan
kayak praktek lari. Aku tipe orang yang nggak bisa pergi belanja sama orang
lain.
Takeru: Ah!
Aku juga! Aku harus pergi sendirian dan fokus atau apa gitu.
Shou:
Benar. Aku ngerti banget perasaan kamu, jadi kita nggak bisa pergi shopping barengan. Aku cuma mau lihat
hal-hal apa aja yang bakalan kamu beli, jadi biarin aku ngebawain belanjaan
kamu (tertawa)
Takeru:
Whoa~. Itu janji yang sulit untuk dibuat…
Trus kenapa kamu nggak
ngajakin Shou belanja kapan-kapan, Takeru?
Takeru: Aneh
tau! *karena Shou adalah seniornya*
Shou:
Ahahaha. Tolong selesaikan obrolan kita dengan kalimat itu (tertawa)
Takeru:
Nggak, nggak, nggak (tertawa). Makasih banyak buat hari ini!
Shou:
Sama-sama. Ini sangat menyenangkan. Ayo kita makan diluar lagi lain kali.
Makasih.
Diterjemahkan ke bahasa
Inggris oleh aliceinrainbows
No comments:
Post a Comment