15 December 2012

Terjemahan PSP1800 Vol. 3


Vol. 3 / Takeru (SuG) x Hiroto (Alice Nine)


Suasana jadi memanas setelah mereka menemukan kesamaan yang tak terduga…

Takeru: Kami barusan ngobrol soal betapa bagusnya shampo yang dipake Hiroto.

Hiroto: Ya. Ini beneran bagus. Gimanapun juga make shampo itu adalah hal yang penting. Atau lebih bagus lagi, kalau kita make shampo yang bagus sama kondisioner, rambut kita gak bakalan rusak!


Takeru: Bener banget. Tapi aku nggak terlalu masalah sama merk yang kupake.

Hiroto: Gak bener tuh! Pastinya nggak bener.

Dia bakalan mulai~!

Hiroto: Mulai apaan? (tertawa)

Takeru: Kemarin, Shou bilang sejak keluargamu menjalankan bisnis salon kecantikan, sekalinya kamu ngomong masalah rambut, kamu bakalan kedengeran kayak orang yang udah ahli dalam urusan rambut dan kamu bakalan semangat banget kalau ngomongin itu (tertawa)

Jadi obrolannya udah dimulai. Entah gimana, hari ini Hiroto kelihatan kayak senior (tertawa)

Hiroto: Lucu sih, soalnya aku yang paling muda diantara anggota band ku (tertawa). Tapi aku nggak ngerasa kalau aku lebih tua dari Takeru.

Takeru: Bener tuh. Kita kan dari generasi yang sama.

Hiroto: Ya. Ngomong-ngomong, kamu apa, Takeru?

Takeru: Apaan?

Hiroto: Oh, bukan gitu maksudku (tertawa). Maksudku musik apa yang kamu dengerin waktu kamu mutusin buat mulai ngeband?

Takeru: Oh itu maksud dari “Apa” yang kamu bilang tadi (tertawa). Itu agak ngagetin. Aku dengerin Dragon Ash, ELLEGARDEN, ORANGE RANGE sama KORN.

Hiroto: Jadi kamu nggak mulai dengan dengerin Visual Kei.

Takeru: Iya. Adik perempuan ku yang suka Visual Kei, jadi aku nonton beberapa DVD  punya dia, baru abis itu aku belajar tentang Visual Kei. Lagu pertama yang aku cover itu lagunya SADS, ORANGE RANGE sama Nirvana.

Hiroto: Itu dari genre yang berbeda!

Takeru: Ya. Aku suka beberapa tipe musik yang berbeda. Dulunya aku suka musik dari beberapa idol, soalnya mereka punya kualitas yang tinggi. Sebenernya, pas pertama kali, aku nggak niat punya band, aku maunya jadi penulis drama dan pembuat film.

Hiroto: Hah?! Maksudnya?

Takeru: Aku gak begitu mahir dalam urusan musik.

Hiroto: Kamu? Trus kenapa kamu mulai ngeband?

Takeru: Abis dengerin lagunya hyde “666” (dirilis pada bulan Desember 2003). Aku merasa kayak dapat sebuah kejutan besar waktu aku pergi nonton pertunjukan live pertama kali. Pertunjukannya bagus banget, trus aku mikir “Gimana rasanya kalau dilihat dari atas panggung?”, abis itu aku mulai mikir buat ngeband.

Hiroto: Oh gitu. Yang mana kamu yang jadi vokalisnya?

Takeru: Iya. Soalnya aku cuma bisa nyanyi.

Hiroto: Aku ngerti. Jadi ini nggak seperti kamu mau ngeband karena hal ini lebih kelihatan kayak kamu ngerasain kalau di dalam suasana sebuah film itu terdapat musik.

Takeru: Bener. Bahkan sejak aku masih kecil, aku suka banget nonton film sama baca novel, jadi aku merasa mau bikin duniaku sendiri dimana dunia tersebut terhubung dengan musik.

Hiroto: Oh gitu. Itu menarik banget. Abis denger apa yang kamu omongin, aku merasa kalau ini sama persis dengan apa yang udah kamu kerjakan sama SuG. Kamu bisa melakukan semua hal yang kamu mau lakukan.

Takeru: Ya. Itu kayak musik kami didasari sama penciptaan.

Hiroto: Ya. Bener. Novel jenis apa yang kamu baca?

Takeru: Aku baca apa aja waktu aku masih kecil. Awalnya, aku baca “Gulliver’s Travel” (tertawa). Tapi novel pertama yang kubaca itu karyanya Ishida Ira.

Hiroto: Kalau yang kamu baca akhir-akhir ini apa?

Takeru: Satu novel yang aku baca akhir-akhir ini tuh novelnya Sakuraba Kazuki “Girl Rowans and Seven Seemingly Cute Adults”.

Hiroto: Apa kamu juga baca karyanya Nishino Ishin? Kayak “Ghostory”?

Takeru: Oh, aku pernah denger!

Hiroto: Ketimbang alur ceritanya, permainan kata-kata yang dia pake tuh lebih menarik. Karyanya Otsuichi juga menarik banget.

Takeru: Aku juga suka karyanya Otsuichi! Dulu waktu masih SMA, aku selalu baca karyanya tiap hari!

Hiroto: Aku juga banyak baca karyanya. Apa novel Otsuichi favoritmu?

Takeru: “The Lost Story”! Kalau kamu, Hiroto?

Hiroto: Aku suka “SEVEN ROOMS”, dari serial “ZOO”.

Takeru: Itu udah dibuat filmnya, kan? Itu bener-bener keren! Aku juga suka! Aku juga suka “ZOO”. Aku nemuin kalau ada adaptasi film dari video musik “Kiseki”-nya THE BACK HORN. Itu tema lagu buat filmya.

Hiroto: Gaya nulisnya Otsuichi fantastis banget, tapi bukannya itu bakalan menarik kalau ada beberapa nada sedih disitu?

Takeru: Ya! Udah pernah baca karyanya Tsunekawa Koutarou “Night Market”, Hiroto?

Hiroto: Belum.

Takeru: Kalau kamu suka karyanya Otsuichi, aku ngerekomendasiin novel itu! Aku yakin kamu pasti suka!

Hiroto: Beneran? Bakalan aku baca deh.

Kalian benar-benar menemukannya ya (tertawa)

Takeru: Ya!

Hiroto: Pastinya (tertawa). Tapi kamu beneran suka novel, kan?

Takeru: Suka banget. Aku suka film sama video musik juga! Waktu aku masih pelajar, aku bahkan cuma nonton acara TV yang nayangin video musik aja. Aku nonton semuanya dari #100 sampai #1!

Hiroto: Aku inget acara itu (tertawa). Aku juga dulu nonton itu. Tapi waktu kamu masih pelajar, bukankah ada banyak anak laki-laki lain yang juga baca novel, kan?

Takeru: Nggak ada. Tapi ada beberapa orang di dunia Visual Kei yang suka baca novel.

Hiroto: Bener. Semua yang aku lakuin waktu itu, dan yang aku lakuin sekarang cuma baca novel sama main gitar (tertawa). Karena bagian mendasar dari dalam diriku ini sangat menyedihkan (tertawa).

Takeru: Sama dong (tertawa). Tapi kamu agresif banget waktu di atas panggung, Hiroto! Kayak melompat ke atas speaker trus main gitar disana. Aku kaget banget waktu lihat kamu kayak gitu pas pertama kali.

Anehnya, orang ini (Hiroto) sebenarnya melakukan hal-hal  aneh kayak gitu juga (tertawa)

Hiroto: Ya (tertawa), Ya. Ya, gitu lah (tertawa).

Takeru: Ahahaha. Tapi kamu pasti punya banyak kemampuan fisik.

Hiroto: Ahahaha. “Kemampuan fisik” (tertawa)

Takeru: Tapi itu bakalan berguna banget kalau dipake buat ngedance.

Apa?! Dia ngedance?! Ini pertama kalinya aku denger itu!

Hiroto: Nggak, nggak. Aku nggak pernah ngedance kayak Takeru (tertawa).

Takeru: Nggak, nggak, nggak. Aku cuma mau tau dari mana sumber motivasi Hiroto. Aku mau nanyainnya sama kamu, makanya aku merekomendasikan kamu dalam proyek ini.

Hiroto: Oh! Jadi akhirnya sekarang kamu memanfaatkan kesempatan buat kepentinganmu? (tertawa)

Takeru: Gak gitu juga (tertawa)

Hiroto: Kakak ku, yang 10 tahun lebih tua dari aku, dulunya suka ngedance. Abis ngelihat dia, waktu itu umurku sekitar tiga tahun, anehnya aku mulai ngedance bareng dia, jadi kupikir itu mungkin bisa ngebantu skill atletikku. Tapi aku bener-bener nggak tau harus ngapain di atas panggung (tertawa). Sebelum pertunjukan live, dan sebelum aku naik ke atas panggung, aku ngebayangin kalau aku bakalan ngelakuin hal-hal yang keren, tapi waktu udah berdiri di atas panggung, dan waktu aku melangkahin kakiku ke hadapan penonton, pikiranku langsung blank. Sejujurnya, ini karena dulunya aku adalah orang yang menyedihkan (tertawa). Waktu aku SD, aku nggak bisa berinteraksi dengan orang lain. Tapi dalam pikiranku, aku memikirkan banyak hal. Ini karena aku benar-benar yakin kalau dunia berputar disekitarku (tertawa).

Takeru: Ahahaha. Semua orang juga mikir kayak gitu. Khususnya orang-orang yang ada di dalam sebuah band (tertawa).

Hiroto: Ya (tertawa). Saat aku ketemu gitar, aku bahkan mikir “Dengan benda ini, dunia benar-benar akan berputar disekitarku”. Kupikir aku sudah membuat semua hal yang kuimpikan jadi kenyataan. Atau sebenernya, aku punya feeling kalau aku sudah nemuin tempat dimana aku bisa menghidupkan lagi mimpi-mimpiku. Kalau aku nggak punya gitar, dunia mungkin nggak akan berputar disekitarku (tertawa). Aku benar-benar menyedihkan~.

Takeru: Aku ngerti banget maksud kamu! Tapi itu nggak jadi masalah kalau kamu punya gitar. Sedangkan aku nggak punya apa-apa.

Hiroto: Kamu punya nyanyian, kan?

Takeru: Bukan, maksudku, kalau ada seseorang yang ngomong “Tunjukkan padaku apa yang kamu bisa, sekarang”, aku nggak mungkin cuma menyenangkan mereka dengan nyanyian. Butuh banyak waktu buat ngejelasinya dengan kata-kata. Aku nggak mikir kalau itu hal yang baik. Makanya itu jadi salah satu masalah buatku.

Hiroto: Tapi bukankah hal-hal yang kamu kerjakan sekarang ialah bagian dari kepribadianmu? Aku sih mikirnya gitu. Hal-hal yang kamu kerjakan bukan sesuatu yang bisa dikerjakan oleh orang lain.

Takeru: Itu bikin aku seneng. Terima kasih banyak! Kupikir aku bisa ngerti sedikit darimana sumber motivasimu, Hiroto!

Hiroto: Dari kenyataan kalau aku ini orang yang menyedihkan (tertawa)

Takeru: Bukan, bukan itu (tertawa). Tapi itu juga merupakan bagian dari motivasimu. Kalau kamu gak punya bagian itu, mungkin kamu gak bakalan bisa menunjukan explosive power kayak gitu. Biasanya kalau kita nggak punya fondasi kayak gitu, kita nggak bakalan bisa mencapai titik didihnya. Kupikir karena kamu punya banyak reaksi emosi, makanya kamu bisa punya explosive power kayak gitu.

Hiroto: Bener, bener. Tapi gimanapun juga, orang-orang kayak Kawamura Ryuichi dan hyde itu sangat menakjubkan. Kita nggak akan bisa mengalakan mereka. Udah nggak mungkin lagi soalnya mereka udah biasa susah senang di atas panggung. Kurasa mereka bener-bener natural. Sangat mengagumkan. Kupikir itu sangat mengagumkan.

Takeru: Ya. Aku suka banget sama hyde, tapi aku bahkan nggak mau ketemu dia (tertawa).

Hah? Kenapa nggak?

Takeru: Aku selalu kagum sama dia. Kurasa aku nggak mau mikir kalau dia ada di dunia ini (tertawa)

Hiroto: Aku ngerti banget dengan yang kamu omongin! Itu seperti kamu bener-bener suka dan menghormati mereka, jadi kamu nggak mau ketemu mereka.

Takeru: Bener banget.

Itu bagus, pembicaraan sedikit barusan.

Hiroto: Aku pernah punya kesempatan ketemu SUGIZO, trus abis itu kami juga sering ketemu satu sama lain. Tapi semenjak SUGIZO tau kalau aku kagum sama dia, aku ngerasa kalau dia menjaga sedikit jarak diantara kami.

Takeru: Baik banget dia! Aku selalu kagum sama dia!

Hiroto: Sekarang aku punya beberapa junior, jadi kuperhatikan dan rasanya aku harus coba lebih bagus buat jadi senior yang baik seperti yang diharapkan oleh juniorku. Aku nggak bisa terlalu bebas disekitar mereka (tertawa). Setelah berada di band selama 8 tahun, ada saat dimana aku ngerasa kalau aku harus jadi seseorang yang pantas buat dipanggil “senior”. Aku juga mikir kalau aku harus tau dimana aku harus membatasi dalam hal interaksi dengan orang yang aku kagumi dan yang membuatku masuk ke dalam dunia musik.

Artinya kamu mau menunjukan rasa hormat sama beberapa orang, bukan karena hubungan antara senior dan junior, melainkan karena mereka orang-orang yang penting buat kamu, kan?

Hiroto: Benar. Tepat sekali. Mereka tu bukan ada di level dimana kita bisa manggil mereka “senior”. Mereka adalah orang-orang yang membawa kita ke dunia musik. Kalau mikir kayak gitu, kita nggak akan bisa melewati batasnya. Aku harus menjaga jarak dengan mereka.

Takeru: Aku paham.

Hiroto: Tapi, kalaupun aku melihat mereka, aku nggak akan berkecil hati, karena gimanapun juga mereka sangat keren. Tapi ini nggak seperti aku nggak mau ketemu mereka selama sisa hidupku, cuma aku nggak pernah mikir buat terlalu dekat dengan mereka.

Takeru: Aku pahan! Daripada nggak mau berkecil hati, lebih baik kita nggak usah tau terlalu banyak tentang mereka.

Hiroto: Ya.

Jadi kalian mau terus menganggap mereka sebagai “seorang yang kukagumi”.

Takeru: Ya. Intinya kita mikir kalau mereka nggak ada di dunia ini! Kita nggak mau mikir kalau mereka juga bayar pajak sama dengan yang dilakukan orang lain.

Hiroto: Ahahaha. Aku ngerti.

Takeru: Itu mengingatkanku kalau aku pernah sekali merasa kecil hati! Waktu ada salah satu band barat datang ke Jepang, mereka datang ke sebuah toko yang sering aku kunjungi. Mereka kayaknya mikir apa harus beli celana dengan harga 6000 yen, tapi pada akhirnya mereka nggak jadi beli waktu ngeliat harganya trus bilang kalau itu kemahalan! Dengernya aja bikin aku jadi kecil hati (tertawa).

Hiroto: Ahahaha.

Jadi kamu mikir “Jangan bilang kalau 6000 yen itu mahal!”.

Hiroto: Kita harus hati-hati! Itu mungkin bakalan kejadian sama kita. Kalau kita pergi belanja di toko yang pegawai tokonya kenal dengan kita, dan akhirnya gak jadi beli celana dengan harga 6000 yen karena kemahalanan, pegawai tokonya pasti bakal cerita ke fans yang datang ke toko “Waktu Hiroto Alice Nine kesini, dia bilang kalau harga celana itu kemahalan trus gak jadi beli”, bener kan?

Takeru: Ahahaha. Bener! (tertawa). Kita harus hati-hati. Mereka mungkin bakalan ngomong kayak gitu.

Hiroto: Ya. Bahkan ada beberapa sopir taksi yang nggak mikir dua kali buat ngasih tau fans dimana tempat tinggal kita.

Takeru: Ya. Aku nggak suka banget kalau kayak gitu.

Yah memang ada beberapa orang kayak gitu. Pernah sekali ada sopir taksi yang ngasih tau aku tempat tinggalnya Saijou Hideki.

Hiroto + Takeru: Nah kan! (tertawa terbahak-bahak)

Oke sekarang udah 30 menit.

Takeru: Hah~?!

Hiroto: Cepet bener~ (tertawa)

Buat penghabisan, kenapa kamu nggak bikin janji buat Takeru, Hiroto?

Hiroto: Janji?! Oke. Ini bisa jadi hal yang bagus kalau suatu hari nanti kita bisa berada di satu panggung yang sama. Bukankah kelihatannya kita bisa melakukan hal yang menarik bareng-bareng?

Takeru: Ya. Aku selalu pengen melakukan sesuatu yang kayak gitu, jadi aku bakalan seneng banget kalau kita bisa melakukannya! Terima kasih banyak buat hari ini!

Hiroto: Sama-sama. Terima kasih.

Bagian keempat bareng Hiroto (Alice Nine) dan Ryoga (BORN)

cc: oricon
Diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh aliceinrainbows

14 December 2012

Terjemahan PSP1800 Vol. 2


Vol. 2 / Shou (Alice Nine) x Takeru (SuG)

Mereka adalah lawan yang tepat…

Proyek ini merupakan proyek yang mengizinkan kalian buat bicara bebas selama 30 menit. Sesi pertama dilakukan bareng RUKI (the GazettE) dan Shou (Alice Nine). Ini pertama kalinya Shou bicara dengan seniornya kayak gitu, makanya dia agak merasa gugup.

Shou: Yah gitu deh (tertawa). Tapi salah seorang pasti bakalan gugup. Gimanapun juga dia adalah senior ku.

Takeru: Itu benar. Aku benar-benar menghormati RUKI, dia adalah seseorang yang mau coba ku ajak ngobrol. Apa dia menakutkan?

Shou: Nggak kok. Dia sangat terang-terangan, dan dia benar-benar orang yang baik, walaupun kayaknya aneh buat seorang junior kayak aku untuk ngomongin dia kayak gini, tapi sebenarnya dia punya kepribadian yang lucu. Sebab dia adalah orang yang tumbuh di dalam lingkungan keluarga yang otoriter.

Takeru: Ya. Itu benar. Aku mengerti.

Kalian nggak sering punya kesempatan buat ketemu satu sama lain, kan? Meskipun kalian dari perusahaan yang sama.

Shou: Itu benar. Bahkan kalau kami ngelakuin hal-hal kayak even bareng, kami nggak punya banyak waktu buat ngobrol.

Itulah sebabnya kenapa kami milih Shou dan Takeru dalam kesempatan kali ini.

Takeru: Terima kasih banyak. Aku senang banget.

Shou: Aku juga. Kelihatannya dia orang yang menarik. Aku selalu ingin coba buat ngobrol bareng dia. Aku pernah sekali wawancara bareng dia dan Shin (ViViD) untuk sebuah majalah, tapi aku nggak tau banyak tentang Takeru. Aku pengen tau lebih banyak lagi tentang dia.

Takeru: Tapi Shou satu-satunya senior di perusahaan kami yang mau ngajak makan bareng keluar!

Shou: Oh, benar. Kupikir kan nggak ada salahnya, jadi ku ajak aja dan dia mau (tertawa). Tapi masih ada banyak hal yang belum ku ketahui mengenai dia, jadi aku mau gunain kesempatan ini buat ngobrol bareng dia.

Takeru: Tentu! Itu suatu kehormatan buat ku!

Shou: Aku suka sejarah, jadi kalau kita bandingkan Takeru dengan seorang tokoh sejarah, kurasa dia mirip sama Oda Nobugawa. Kalau kita bicara tentang Kou U dan Ryuu Hou, Kou U merupakan tipe orang yang memiliki kemampuan cerdas dan kepemimpinan yang baik. Meskipun Ryuu Hou tidak memiliki kemampuan, dia merupakan tipe orang yang dihormati oleh bawahannya. Kalau aku harus bilang yang mana tipe ku, aku bakalan bilang kalau aku kayak tipe yang terakhir, tapi kupikir Takeru itu kebalikan dari aku. Bener nggak? Aku adalah tipe orang yang suka ngamatin pergerakan orang lain, tapi karena Takeru orang yang berkharisma, dia mungkin tipe orang yang melakukan langkah pertama.

Takeru: Gak tau juga. Aku gak bisa benar-benar ngomong apalagi kalau yang diomongin tentang aku sendiri, tapi kupikir aku orang yang terlalu banyak make perasaan. Aku gak bisa mengekspresikan diriku sendiri, jadi akhirnya akulah yang buat langkah pertama. Pokoknya gitu deh.

Shou: Aku ahli dalam mengekspresikan diriku. Waktu aku masih kecil, aku terlalu banyak mengekspresikan wajah orang, tapi aku gak bisa ngejelasinnya dengan baik. Itulah mengapa aku selalu mikir “Apa yang harus kulakukan buat mengekspresikan ini?”. Aku juga baca banyak buku. Itulah kenapa aku ahli dalam mengekspresikan suatu hal buat orang lain.

Takeru: Itu benar. Aku gak bisa mengekspresikan sesuatu hal dengan baik. Atau lebih baik, aku nggak usah mengekspresikan diriku. Tapi waktu kamu ngelihat ke hal-hal kayak lirik, kamu bisa lihat bahwa cara kami dalam mempersepsikan suatu hal dan cara kami mengekspresikan suatu hal sangatlah beda. Dengan liriknya Shou, bukankah ada banyak perbandingan yang nggak konkret, kayak tempat? Tapi lirikku berisi lebih banyak tentang hal-hal yang konkret. Shou bilang sebelumnya kalau kami berlawanan, tapi dia bahkan mungkin merupakan orang yang paling beda dari aku diantar semua band di perusahaan kami. Meskipun gaya band kami sama sekali beda, bukankah liriknya RUKI sangatlah realistis? Dia sering nuls lirik dengan cara yang terang-terangan mengenai suatu hal yang benar-benar terjadi. Aku sering mikir kalau aku mau nulis lirik yang mirip kayak liriknya Shou, tapi aku nggak bisa nulisnya, jadi aku nganggap kalau perasaan kami ini beda. Kupikir lirik yang dia tulis itu benar-benar cocok buat Alice Nine. Lirik yang nggak mengambarkan seluruh cerita. Jadi kalau aku bandingkan musiknya Alice Nine ke dalam film, kupikir itu kayak film-film Perancis. Bahkan kalau kita gak bisa melihat seluruh hal, kita masih bisa dapetin gambaran yang jelas dari fragmennya.

Shou: Oh gitu. Mungkin emang kayak gitu. Kamu emang perhatian sama kami (tertawa)

Takeru: Tentu! Aku selalu dengerin rilisan terbaru kalian!  Aku selalu dengerin keduanya, baik itu rilisan seniorku maupun juniorku. Aku juga nonton semua video musik mereka.

Shou: Kamu demen bener, Takeru.

Takeru: Aku cuma takut aja. Kalau aku nggak banyak ngumpulin informasi, aku gak bakalan bisa ngejar ketinggalan. Ini nakutin. Aku ini seorang penakut, tau.

Shou: Kamu penakut?

Takeru: Iya, penakut banget.

Bagiku, kalian nggak kayak itu. Tapi itu nggak terduga.

Takeru: Ya, sangat nggak terduga (tertawa). Tapi aku akan ngelakuin yang terbaik buat nggak nunjukinnya, dan berani bertindak serta percaya diri (tertawa)

Shou: Aku ngerti. Itu sangat mengagumkan.

Takeru: Aku selalu menetapkan tujuan, kayak “Aku mau kayak gini pas pertunjukan one-man kali ini” atau “Aku mau pake single ini buat tracklist itu”, dan ngelakuin yang terbaik buat mencapainya, tapi aku nggak pernah bisa mencapainya. Itulah kenapa kupikir aku bisa terus berada dalam sebuah band. Kupikir bagian yang dibilang Shou demen bener tadi juga merupakan perasaan ketakutan. Apa yang buat aku mikir kayak “Bener nggak aku ngelakuinnya kayak gini?” atau “Apa yang harus kulakukan supaya bisa mencapai poin itu?” merupakan perasaan ketakutan, kayak “Aku harus ngelakuin ini supaya bisa mencapai poin itu” atau “Aku nggak bisa mencapai poin itu kecuali kalau aku bisa ngelewatin ini. Apa yang harus kulakukan…?” Kupikir bahwa perasaan takut itu sewaktu-waktu muncul menjadi sebuah keinginan yang besar.

Shou: Aku ngerti. Caraku melakukan sesuatu mengenai kegiatan band ku dengan perasaan bertanya-tanya “Gimana kehidupan yang sudah ku jalani bisa mempengaruhi seluruh dunia?”, jadi aku nggak ngalamin apa yang Takeru alamin. Tapi aku benar-benar menghargai sikap yang dilakukan Takeru. Itu suatu hal yang gak ku punya.

Takeru: Tapi orang-orang bilang kalau aku terlalu banyak mikir… Itu juga bagian dari kepribadianku…

Gimana pendapatmu mengenai Shou, Takeru?

Takeru: Nggak apa nih kalau aku ngomong bukan dari pandangan seorang junior, melainkan sebagai seorang pendengar musiknya? Maaf kalau aku menyinggung perasaanmu.

Shou: Nggak, nggak. Gak apa kok (tertawa)

Takeru: Walaupun Shou bilang kalau dia tipe orang yang “Nggak punya bakat, tapi dihormati oleh bawahannya”, bagiku, aku punya kesan kalau dia menjaga bandnya dengan hidupnya. Aku mikirnya kayak gitu bahkan lebih kayak gitu lagi sekarang, daripada sebelumnya. Pertama kali aku denger lagu Alice Nine tuh “Kasou Musou Shi” (sebuah mini album yang dirilis pada bulan Noveber 2005). Pada waktu itu, aku udah ngerasain pas dengerinnya di toko cd dan akhirnya aku beli.

Shou: Oh, makasih (tertawa)

Takeru: Ahahaha. Nggak, seharusnya aku yang berterima kasih. Aku selalu ngutang sama kamu (tertawa). Pastinya aku sangat tertarik sama musiknya, dan juga sama konsepnya, pencampuran antara konsep gaya Jepang dan Barat yang mereka usung. Sejak saat itu, mereka sudah menciptakan jati diri mereka sendiri, dan kupikir itu sangat menarik. Dengan nonton mereka bisa ngasih kita banyak motivasi. Kupikir band itu merupakan mahluk hidup, dan kurasa bandnya Shou benar-benar kayak gitu. Aku ngelihat kalau Shou kayak seseorang yang melihat sebuah band secar objektif, dan merencanakan program mereka. Maaf kalau kedengaran gegabah banget.

Shou: Nggak kok, aku seneng banget. Aku seneng bisa denger pendapat yang jujur ketimbang pujian yang nggak datang dari hati. Dan terakhir kemarin, aku memuji the GazettE tanpa henti (tertawa). Tapi aku cuma bisa ngomongin itu, karena aku emang bener mikirnya kayak gitu. Memuji seseorang di hadapan orang tersebut memang memalukan, tapi cuma bisa ngomong kayak gitu justru karena kupikir the GazettE emang bener-bener band yang keren. Aku bukan tipe orang yang bisa ngomong bohong. Aku suka apa yang dibilang Takeru karena dia gak bisa bohong. Kupikir itu menakjubkan pas dia ngomong secara langsung.

Takeru: Terima kasih banyak. Aku sering dikritik karena ngomong blak-blakan (tertawa). Aku juga ngomongin sesuatu hal yang bikin orang yang denger jadi khawatir… Aku cuma gak bisa mengekspresikan diriku dengan baik.

Shou: Itu karena kamu sangat blak-blakan makanya jadi target kritikan. Kupikir itu adalah bukti betapa banyaknya orang yang merhatiin kamu, Takeru. Itu merupakan hal yang bagus. Aku selalu ngomong tentang suatu hal dengan cara berputar-putar, makanya aku gak terlalu banyak dapat kritikan (tertawa)

Takeru: Ahahaha. Itu benar (tertawa). Terima kasih banyak. Aku senang kamu ngungkapinnya dengan sangat baik. Kamu bilang kalau kamu selalu baca buku, ngomong-ngomong buku jenis apa yang kamu baca?

Shou: Aku banyak baca karyanya Agatha Christie. Ini kayak melarikan diri dari kenyataan. Aku suka dunia imajinasi. Aku juga sering baca karyanya Edogawa Ranpo sama karyanya Miyazawa Kenji. Aku suka hal-hal yang abstrak. Aku suka misteri dan fantasi.

Takeru: Aku ngerti banget kenapa kamu suka Agatha Christie sama Edogawa Ranpo. Aku juga bener-bener suka karya Edogawa Ranpo.

Shou: Benar. Huh? Itu mengingatkan ku, kamu bener-bener gak bisa mencoba bikin aku tenang hari ini (tertawa).

Karena kalian nggak terlalu formal hari ini (tertawa). Aku ketemu RUKI abis obrolan kalian berdua tadi, dan reaksinya kayak “Part berikutnya bareng Shou dan Takeru, kan?” Bilang ke aku Shou ngomong kayak gimana (tertawa)!” Dia beneran pengen tau (tertawa)

Shou: Jangan, jangan, jangan, tolong jangan (tertawa). RUKI sama aku terlibat obrolan tentang “generasi care-free” (tertawa)

Takeru: Semua orang bingung sama “generasi care-free”. Kupikir itu kayak pas orang tua kita ngomong “Kami akan ngasih kamu fleksibilitas, jadi gunakanlah fleksibilitas ini”. Kupikir orang-orang yang bisa make fleksibilitas ini secara tepat adalah orang-orang yang berkepala dingin.

Shou: Tentu saja. Itu benar.

Takeru: Tapi kupikir sudah banyak perubahan yang terjadi selama generasi kita. Ini sama dengan “generasi care-free”, tapi dengan popularitas ponsel yang cepat. Kita bisa ngerasain nilai-nilai yang ada dalam masyarakat berubah pada tingkat yang luar biasa. Itu sangat menakutkan.

Shou: Itu benar. Ini nggak kayak kita gak tau perubahannya, tapi cara kita memandang sebuah perubahan itu tergantung dari apa yang kita alami pada saat itu.

Takeru: Itu benar. Perubahan itu terjadi waktu aku masih seorang pelajar, atau lebih bagusnya, waktu aku masih anak-anak. Janjian buat ketemuan dengan seseorang tiba-tiba berubah dari ngasih tau mereka secara langsung dengan ngasih tau mereka via e-mail. Sekarang, bahkan kalau kita terlambat, orang-orang bakalan maafin kita.

Sekarang kalian bakalan dimaafin bahkan kalau kalian terlambat?

Takeru: Ya. Ketika ada hal-hal kayak ponsel, kita harus ketemu pada waktu yang udah disepakatin atau yang lain. Tapi sekarang ponsel udah populer banget dan sekarang kita bisa ngirim e-mail, kalau kita ngirim e-mail trus bilang “Maaf, aku mungkin datang agak telat”, mereka nggak akan keberatan.

Shou: Yah kalau kamu bilang sekarang kayak gitu, itu benar (tertawa). Aku punya ponsel pertamaku waktu aku masih SMA, tapi sebelum itu, kita nggak tau harus ngapain kalau orang yang mau kita temuin nggak datang tepat waktu (tertawa).

Takeru: Aku tau, kan? Itu adalah waktu dimana kita bisa melihat banyaknya perubahan yang terjadi selama setengah tahun, jadi itu sangat menakutkan.

Shou: Kamu juga bisa merasakan kalau gaya hidup sekarang sudah berubah.

Takeru: Ya. Seseorang yang lahir tiga tahun setelah kita sudah memasuki era digital! Laju perubahan di dunia ini benar-benar sesuatu yang beda!

Shou: Aku bakalan kaget kalau bicara sama orang yang lebih muda trus mereka bilang mereka nggak tau “Dragonball” itu apa (tertawa)

Takeru: Ahahaha.

Shou: Aku bakalan kayak “Kamu kenalan dulu sana sama “Saint Seiya”  dan “Dragonball”…” (tertawa). Apakah seseorang tau “Dragonball” atau nggak, mungkin bisa jadi indikasi yang baik apakah aku mau berteman sama mereka atau nggak (tertawa)

Jadi sekarang sudah hampir 30 menit. Kenapa kalian nggak bikin janji satu sama lain?

Shou & Takeru: Eh?! Janji?!

Takeru: Nempatin orang di tempat yang sama lagi (tertawa)

Shou: Kami belum siap kalau urusan itu (tertawa). Ah, benar! Gimana kalau lain kali pas kamu belanja baju atau sesuatu, biarin aku yang ngebawain belanjaan kamu (tertawa)

Takeru: Apa?! Aku nggak mungkin ngebiarin kamu ngelakuin hal itu!  Aku gak bisa bikin janji kayak gitu!

Shou: Soalnya aku nggak bisa pergi belanja kecuali kalau sendirian. Jadi itu bakalan kayak praktek lari. Aku tipe orang yang nggak bisa pergi belanja sama orang lain.

Takeru: Ah! Aku juga! Aku harus pergi sendirian dan fokus atau apa gitu.

Shou: Benar. Aku ngerti banget perasaan kamu, jadi kita nggak bisa pergi shopping barengan. Aku cuma mau lihat hal-hal apa aja yang bakalan kamu beli, jadi biarin aku ngebawain belanjaan kamu (tertawa)

Takeru: Whoa~. Itu janji yang sulit untuk dibuat…

Trus kenapa kamu nggak ngajakin Shou belanja kapan-kapan, Takeru?

Takeru: Aneh tau! *karena Shou adalah seniornya*

Shou: Ahahaha. Tolong selesaikan obrolan kita dengan kalimat itu (tertawa)

Takeru: Nggak, nggak, nggak (tertawa). Makasih banyak buat hari ini!

Shou: Sama-sama. Ini sangat menyenangkan. Ayo kita makan diluar lagi lain kali. Makasih.

Bagian keempat bareng Takeru (SuG) dan Hiroto (Alice Nine)

cc: oricon
Diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh aliceinrainbows